JAKARTA, SEPUTARUMKM.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sempat tertekan hingga akhirnya menyentuh RP 15.000. penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah akan berdampak ke kehidupan masyarakat sehari-hari.
Menurut Director Political Economy & Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan mengatakan penguatan dolar AS akan berdampak ke semua harga barang impor, baik barang jadi, barang setengah jadi, maupun bahan baku karena produsen harus merogoh kocek lebih dalam.
“Barang-barang impor pasti akan lebih mahal seperti bahan pokok dan pangan impor yaitu gula, gandum, bawang putih, kedelai, dan lainnya,” kata Anthony.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira juga menyampaikan hal yang serupa mengenai dolar AS yang terus menguat terhadap rupiah akan memberi dampak pada biaya bahan baku impor untuk makanan hingga energi. Hal ini tentu cepat atau lambat akan berimbas ke konsumen.
“Sejauh ini imported inflation belum dirasakan karena produsen masih menahan harga di tingkat konsumen. Ketika beban biaya impor sudah naik signifikan akibat selisih kurs, maka imbasnya ke konsumen juga. Mulai dari produk turunan gandum seperti mie instan, bawang putih, kedelai, jagung biaya impornya naik tajam,” ujarnya.
Selain itu, beban utang luar negeri (ULN) sektor swasta akan meningkat karena pendapatan sebagian besar diperoleh dalam bentuk rupiah, sementara bunga dan cicilan pokok berbentuk valas. Hal ini tentu mempengaruhi kinerja perusahaan yang bisa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Situasi currency missmatch akan mendorong swasta lakukan berbagai cara salah satunya efisiensi operasional alias PHK atau memangkas gaji karyawan. Bayangkan inflasi naik, biaya hidup makin berat tapi kesempatan kerja terbatas,” ujarnya.
Kurs rupiah yang melemah juga mendorong kenaikan suku bunga acuan yang bisa berimbas kepada pelaku usaha korporasi, UMKM, maupun konsumen. Hal ini membuat cicilan kredit pemilikan rumah (KPR) rumah hingga kendaraan bisa lebih mahal.
“Banyak milenial yang menunda pembelian rumah kalau suku bunga naiknya terlalu tinggi. Sudah bahan material bangunan seperti keramik, besi baja, kaca naik karena pelemahan rupiah ditambah suku bunga floating rate makin tak terjangkau,” jelasnya.
Sumber: Detik Finance









